Aku, seorang cewek penyuka warna merah. Namaku Keisya Ananta Berlian.
Aku seorang siswa baru di SMA SatriaMuda. Aku sebenarnya tak ingin pindah –
pindah sekolah, namun keadaan Ayahku yang harus berpindah dari satu sekolah ke
sekolah lain, hufft capek.
Hari
ini, aku baru saja sampai di tempat tinggalku yang baru, yah keseluruhan sih
bagus, aku suka suasananya :).
Aku berharap semoga ini terakhir kalinya aku pindah sekolah. “Kei, turun nak!!
Makan siang dulu, beres – beresnya dilanjutkan nanti aja.” Suara bunda
memanggilku dari bawah. Aku tak menjawab panggilan bunda, melainkan langsung
turun menghadap bunda. Saat di meja makan ternyata Ayah, Bunda, dan Mas Lintang
telah stay, hanya tinggal menungguku.
Acara
makan siangpun berlanjut dengan perbincangan hangat sekeluarga. “Yah, jangan
pindah – pindah lagi yaa?” akupun mengawali obrolan.
“InsyaAllah ya Kei, maafin ayah ya Kei. Kei tau
kan bagaimana keadaan ayah?” ucap ayah sambil mengusap lembut kepalaku
“Iya yah, Kei ngerti kok :), tapi jujur yah Kei sebenernya capek
pindah – pindah terus :(.”
“Iya sayang, ayah juga capek kok. Gimana Kei, sama
Lintang suka sama suasana rumah barunya?”
“Iya yah, suka banget sama suasananya yang asri.”
Jawabku bersamaan dengan Mas Lintang.
“Apa sih dek, ikut – ikutan aku aja. :p “
“Ye Mas, aku duluan kok yang bilang :p.”
Akhirnya perang mulut antara aku dan Mas Lintang
pun terjadi. Beginilah jika aku bersama Mas Lintang. Tapi, kalau salah satu
dari kita gak ada gitu, pasti saling nyariin.
Akupun
kembali ke kamar untuk merapikan barang – barangku, dan menyiapkan diri karena
mulai besok aku harus sekolah J.
Esoknya, aku bangun pagi dan sempat membantu bunda
untuk membuat sarapan, selesainya sarapan aku berangkat sekolah dengan memakai jaket merah favoritku dan diantar Mas
Lintang. Karena Mas Lintang kuliahnya di Spanyol dan saat ini masih libur musim
dingin, dan ujung – ujungnya aku jadiin supir pribadi deh selama masih disini.
Sesampainya di sekolah baruku, aku langsung ke
ruang guru untuk meminta petunjuk dimana kelas yang akan aku tempati. Setelah
aku diberikan sedikit informasi bahwa aku harus kembali ke ruang guru saat bel,
dan saat ini aku diperbolehkan berkeliling sekolah. Saat sedang asiknya jalan –
jalan, aku menemukan tempat yang sangat indah yaitu bukit belakang sekolah. Aku
rebahan sebentar di situ sampai pada akhirnya bel masuk berbunyi.
Akupun
kembali ke ruang guru, dan ternyata di samping Bu Agustin, guru yang memberiku
informasi pagi tadi ada seorang cowok yang sepertinya juga murid baru sepertiku
memakai tas merah. Aku tersenyum
pada si Tas Merah, dan dia hanya
mengangguk. Bu Agustinpun membimbing kami, aku dan si Tas Merah menuju kelas X-4. Di kelas Bu Agustin memperkenalkan
kami, dan dari situ aku tau bahwa nama si Tas
Merah itu Nano Agasta Putra. Si Tas
Merah itu ternyata pindahan dari Bogor.
Bu
Agustin menempatkanku dan si Tas Merah
di bangku paling belakang dekat jendela karena hanya disitulah bangku yang
kosong. “No, kamu punya bolpoin lebih gak? Punyaku udah abis nih tintanya.”
Sapaku kepada si Tas Merah.
“Nih, pakek aja. Aku pakek pensil aja.” Dia menyodorkan
bolpoin yang tadi di a pake sambil
tersenyum kemudian melanjutkan mencaatat.
“Thank’s yaa no, ntar aku ganti bolpoinmu sama
yang baru.” Ujarku terhadapnya.
“Sama – sama, gausah deh Kei. Oh iya jangan
panggil aku Nano deh, panggil aja Agas.” Pintanya sambil tersenyum LAGI.
“Kenapa?? Aku lebih suka manggil kamu Nano J.”
“Kan enggak enak Kei, Nano kan nama permen.”
“Yah Nano, padahal aku udah nyaman manggil kamu
Nano. Biarin orang bagus kok nama kamu.”
“Iyadeh kamu aja yang manggil aku Nano. Ntar kalau
di tanyain anak – anak bilang aja nama panggilanku Agas.”
“Ih, PD banget
kamu :p ! Emang ada yang niat nanyain kamu.?”
“Banyaklah, tuh liat aja deh cewek – cewek di
bangku depan pada ngliatin kesini. Pasti mereka lagi ngomong gini, ‘Ih Kei
beruntung ya duduk sama cowok cakep’. Pasti gitu Kei.” Jelasnya sambil nyengir.
Dan menurutku itu cengiran paling indah.
“Oh My God, belum tentu kale mereka ngomongin
kamu, jangan ke Ge-eRan dulu deh men, permen.”
“Tuhkan, belum apa – apa kamu udah manggil aku
permen.” Protesnya sambil cemberut.
Karena suara si Tas Merah keras, sampai – sampai Bu
Agustin menegur kami. Oh iya, aku dan si Tas
Merah duduk di belakang Septian dan Anjani. Waktu istirahat pun tiba,
sebelum aku dan si Tas Merah
dikeroyok sama pertanyaan temen – temen sekelas, Anjani dan Septian membawa
kami kabur ke kantin terlebih dahulu. Sesampainya di kantin Septian dan Anjani
menawarkan kepada kami untuk memesankan makanan yang menurut mereka enak, namun
aku dan si Tas Merah sama – sama
menolak, karena kami punya selera masing – masing. Aku memesan Cheese Cake dan
Ice Cappucino, kalau si Tas Merah Chocolate
Cake dan Ice Cappucino juga. Entah mengapa selera kita banyak yang sama, mulai
dari warna dan minuman favorite. Sedangkan Anjani dan Septian memesan Juice
Alpukat dan Vanilla Cheese Cake.
Tidak lama kemudian,
pesanan kami berempatpun datang. Kami menikmati cake dan minuman kami, sambil
mengobrol. Dari situ aku tahu bahwa Anjani adalah kapten Cheers di SMA
SatriaMuda ini, dan Septian adalah seorang kapten tim SepakBola di sini. Pantas
saja sedari tadi, banyak yang memandang kami, karena aku dan si Tas Merah jalan bersama siswa – siswi
populer di sekolah ini. Dan aku juga tau bahwa di sekolah ini banyak sekali
klub pengembangan diri. Dari mereka, Aku dan si Tas Merah sepakat untuk ikut klub BASKET. Alasan kami sederhana,
karena BASKET itu hobi kami sejak kecil. Semakin lama, semakin terasa bahwa aku
dan si Tas merah memiliki banyak
kesamaan.
Aku dan si Tas Merah, saat istirahat kedua
langsung pergi ke pembimbing klub basket untuk meminta ijinnya untuk ikut andil
dalam klub basket. Setelah di interview, kami diperbolehkan mengikuti klub
basket yang berkegiatan setiap hari Rabu, Kamis, Sabtu pukul 15:45. Sambil
menunggu bel masuk untuk pelajaran terakhir, aku mengajak si Tas Merah ke bukit belakang sekolah
yang aku temukan tadi pagi. Saat duduk di bukit, si Tas Merah bilang padaku. “Kei, aku ngerasa kita banyak kesamaan
ya?”
“Iyanih No, mulai dari warna kita sama – sama suka
warna merah, minuman tadi kita sama – sama suka Ice Cappucino. Dan ternyata
hobi kita dari kecilpun sama, yaitu BASKET.” Jawabku membenarkan pernyataan
Nano barusan.
Aku dan si Tas
Merah menghabiskan waktu istirahat dengan mengobrol, dan akhirnya setelah
pelajaran terakhir si Tas merah
menawariku untuk mengantarku pulang, aku menolak karena Mas Lintang sudah
menjemput, namun pada akhirnya dia tetap mendampingiku sampai pintu gerbang.
Hari
– hariku selalu di isi dengan senyuman, candaan, cengiran, usapan si Tas Merah di kepalaku. Dan itu
membuatku merasa memiliki, seorang kakak lagi selain Mas Lintang. Aku
menyayangi si Tas Merah sebagai
seorang kakak. Setiap haripun, kemana – mana aku dan si Tas Merah selalu bersama, sampai –sampai teman – teman menjulukiku
dan Nano “Si Tas Merah dan Si Jaket
Merah”. Mereka memilih panggilan itu karena, aku selalu mengenakan Jaket Merahku dan Nano tetap dengan Tas Merahnya. Aku dan Nano memiliki
basecamp sendiri untuk menghabiskan banyak waktu luang, yaitu di Bukit Belakang
Sekolah.
Sampai
akhirnya, pada suatu waktu saat kita berada di Basecamp, aku curhat pada si Tas Merah kalau aku jatuh cinta pada
Kak Ardan, senior kami di klub SepakBola. Aku menceritakan padanya segalanya
tentang Kak Ardan, dan kemarin Kak Ardan memintaku untuk menjadi pacarnya. Si Tas Merah bilang kalau dia bahagia
kalau aku bahagia, dia menyuruhku untuk menerimanya jika aku menyukainya.
Akupun menerima pernyataan cinta Kak Ardan sesuai kata –kata si Tas Merah. Semakin lama, aku semakin
jarang bersama si Tas Merah karena
aku selalu bersama Kak Ardan, dan aku semakin jarang datang ke Basecamp saat si
Tas Merah mengajakku untuk bertemu.
Ada saja alasanku membatalkan setiap pertemuan yang diminta Tas Merah.
Suatu
ketika saat di kelas, Tas Merah
bertanya padaku mengapa aku membatalkan pertemuan kemarin. Aku hanya menjawab
“Maaf, Kak Ardan minta di temenin Futsal”. Dia bertanya lagi, mengapa aku tak
bisa sebentar saja meluangkan waktu untuknya. “Aku sibuk no, Kak Ardan butuh
aku”. Akhirnya Nanopun kesal dan berkata “Apa Cuma kak Ardan yang butuh kamu??
Aku sahabatmu juga butuh kamu Kei.!! Kamu berubah Kei, kamu jadi kayak orang
lain tau gak?? Ini bukan Kei yang aku kenal!! Yaudahlah terserah kamu mau
apalagi. Gak usah dateng ke aku kalau ada masalah sama Kak Ardan.” Bentaknya,
lalu meninggalkanku yang masih tercengang akan kalimatnya berusan. Namun aku
tak menghiraukannya sama sekali.
Saat si Tas
Merah membentakku, itulah dialog terakhirku bersamanya. Sudah 3 hari si Tas Merah absen, aku mulai khawatir
takut terjadi apa – apa padanya. Saat istirahat siang aku memberanikan diri
bertanya pada Bu Agustin tentang keadaan Nano. Jawaban Bu Agustin membuatku
meneteskan Air Mata dan tak mampu berkata – kata. Bu Agustin bilang bahwa
kemarin Nano sudah berangkat untuk pindah ke Semarang. Aku merasa hidupku
hampa, aku seperti kehilangan separuh dari diriku. Aku sangat menyesal karena tak pernah menepati janji bertemu
dengannya, aku lebih menyesal, mengapa pertemuan akhirku dengannya malah
terukir pertengkaran L.
Tak
lama setelah kejadian Nano yang meninggalkanku di Bandung sendirian, Kak Ardan
memutuskanku dengan alasan yang sangat klise sekali menurutku, dia bilang “kita
sudah enggak sejalan lagi”. Semakin terpuruklah aku, bagaimana tidak aku
kehilangan sahabat sekaligus kakak bagiku. Dan aku menyia-nyiakannya hanya
untuk seorang cowok yang pengecut. Tanpa si Tas Merah, hariku tak lagi indah dan berwarna. Semenjak aku putus
dengan Kak Ardan, aku semakin sering mengunjungi Basecamp walau tanpa si Tas Merah.
Setahun
lebih telah berlalu sejak si Tas Merah
meninggalkanku untuk pindah ke Semarang, sekarang aku telah naik ke kelas XII
IPA 2, hari – hariku masih sama, hampa itulah gambaran yang pas untuh
kehidupanku tanpa si Tas Merah. Aku
merindukan senyumanya J,
aku merindukan candaannya, aku merindukan cengiran indahnya, dan yang sangat
kurindukan ialah saat dia mengusap lembut kepalaku hanya untuk menenangkanku
:’(. Semua kenangan itu takkan pernah
lepas dari benakku. Tiba – tiba Bu Agustin masuk kelas dan membuyarkan
lamunanku. Beliau bilang akan memperkenalkan murid baru di kelasku, aku yang
tak mood dengan apapun hanya menunduk dan memasang headset di telingaku.
Setelah agak lama, tanpa kusadari ada yang menepuk pundakku pelan, dan saat ku
lihat ternyata sosok yang sangat kurindukan muncul. “Hai Kei, Aku pulang :).” Ucap si pemilik suara yang sangat
kurindukan yaitu si Tas Merah.
“Selamat Datang Kembali Nano.” Jawabku sambil meneteskan air mata dan
tersenyum.
THE END
By: Mencarii Bintangkuu
NB: Maaf kalau gak nyambung, maklum masih
belajar :)