-->
Dan
disinilah akhirnya aku, tempat dimana aku pertama kali bertemu dengannya, untuk
menyesali segalanya. Dan ternyata benar apa yang dikatakan kebanyakan orang
“Semuanya akan terasa berarti jikalau sudah tak lagi bersama kita”, tak
terkecuali juga SAHABAT. Aku pun
baru menyadari semua kata demi kata yang dia ucapkan terbukti benar. Bodohnya
aku, mengapa dulu aku tak pernah mempercayainya?. Tuhan, aku ingin dia kembali
disini, disampingku dan bersamaku. Mohon Tuhan kembalikan sahabat terbaikku!!
Mungkin
saja, jika kemarin aku segera bertemu dengannya untuk yang terakhir kalinya,
aku takkan semenyesal ini, aku bahkan belum mengucap kata MAAF padanya. Tuhan
mengapa harus ada pertengkaran itu?.
# Flash Back (ON) #
2 tahun yang lalu tepatnya
tanggal 30 Desember 2010 aku membalas massage yang masuk di inbox akun
facebookku. Dari situlah aku mengenal seseorang yang bernama Dwara Reswandanu
Galuh atau kerap aku panggil Ara. 2 hari aku mengenalnya telah membuatku nyaman
berhubungan dengannya. Sangat singkat memang, tapi berbekal 2 hari itu aku
telah memutuskan untuk berbagi masalahku dengannya. Memang awalnya aku
basa-basi menanyakan apakah dia sudah punya pacar. Dari situlah aku dengan
gamblangnya menceritakan masalah yang kuhadapi kepadanya.
SMS……… Akira Satya Dewangga (mobile)
Ra,
boleh aku numpang cerita sama kamu gak??
Dwara Reswandanu Galuh (mobile)
Ya
boleh dong Sat, emang kamu mau cerita apasih Satya??. Itulah awalnya, aku
menceritakan kepadanya dari awal kalau dulu pas aku kelas VII pernah memiliki
sahabat laki-laki yang bernama Saka Aditya Permana, namun persahabatan itu tak
berlangsung lama karena Saka memiliki perasaan special terhadapku. Dan akupun
tidak menyukai hal itu, karena notabenenya dia sudah aku anggap seperti sesosok
kakak buatku.
Berbekal
rasa ketidaksukaanku terhadap perasaannya itu mendorongku untuk mebencinya dan
akupun berusaha mati-matian menjauhinya dan tanpa sedikitpun merespon perasaan
Saka. Meskipun aku sudah berusaha setengah mati menjaga jarak dengannya itu tak
membuat goyah semangat Saka untuk mendekatiku dan mendapatkan hatiku. Aku
sangat bersyukur kepada Tuhan karena saat aku kelas VIII tidak ditakdirkan satu
kelas lagi dengannya. Sayangnya walaupun beda kelas dia tetap saja
memperjuangkan cintanya. Bahkan dia tak pernah satu kalipun terlambat
mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” kepadaku, dan dia selalu menjadi orang
pertama yang mengucapkan itu. Parahnya aku juga tidak pernah sekalipun
mengucapkan “Selamat” saat hari lahirnya padahal 3 hari sebelum ulang tahunku
adalah ulang tahunnya.
Awal
semester 2 kelas VIII nampaknya dia telah mundur untuk memperjuangkan cintanya,
mungkin dia lelah karena penantiannya selama ini tak membuahkan hasil. Waktupun
berlalu hingga tiba saatnya pembagian kelas, saat aku mencari namaku didaftar
nama kelas IX D aku menemukan namaku disana dan sialnya nama Saka Adutya
Permana juga termasuk didalamnya. Akupun gondok buklan main, kenapa dari sekian
banyak kelas IX disekolah ini, aku harus menghabiskan sisa waktu di SMPku
dengan sekelas bersama Saka. Namun, aku merasakan keanehan, Saka tidak pernah
memperdulikanku lagi, hanya sekedar manyapapun tidak. Awalnya aku fine-fine
saja dengan sikap Saka tapi lama kelamaan dan sampai saat inipun aku merasa
bahwa aku mulai menyayanginya dan menyesal telah mengacuhkannya.
Setelah
aku menceritakan semuanya terhadap Ara, dia menyarankan agar aku yang memulai
berinteraksi dengan SAKA dan meminta maaf, agar hubunganku dengannya membaik.
Namun karena pada dasarnya aku itu gengsinya tinggi dan juga keras kepala
menolak saran Ara mentah-mentah tanpa mempertimbangkannya. Ara hanya tersenyum
dan tidak marah saat aku menolak sarannya. Sikap Ara itu membuatku semakin
ingin bertemu dengannya dan lebih mengenalnya. Lalu aku putuskan untuk
mengajaknya bertemu dihari jum’at. Sepulang sekolah pas hari jum’at aku
langsung menemui Ara ditaman. Ternyata Ara dating lebih dulu ketimbang aku.
Disitu kita berdua saling cerita dan sampai pada puncaknya kita berdua
sama-sama bertumpahan air mata karena masalah masing-masing. Anehkan?? Memang
iya, sekali bertemu sudah bisa berbagi tangis.
Setelah
pertemuan awal itu aku jadi lebih sering menghabiskan waktuku dengan
bersama-sama Ara. Sampai pada suatu aku sedang dekat dengan Putra Ricky Bagus
Yanuar atau Ricky salah seorang teman sekelasku yang cueknya gak ketulungan,
tapi dekat sama dia bikin aku nyaman. Akhirnya aku menceritakan perihal Ricky
terhadap Ara, sayangnya respon Ara buruk, dia bilang kalau Ricky itu gak baik
buat aku karena menurutnya sikap sangat buruk. Karena aku bersikeras berpendapat
bahwa Ricky lebih baik dari Saka. Arapun diam dan hanya mendukung hubunganku.
Suatu
ketika, saat hari anniversary hubunganku sama Ricky. Aku sangat terluka, bukan
pesta perayaan yang kudapat, tapi malah perlakuan kasar dan caci makian dari
dia. Tanganku memar karena ulahnya. Setelah kuterima semuanya itu dari Ricky,
akupun menceritakannya kepada Ara, sontak diapun geram bukan main dan hamper
saja menghajar Ricky, mungkin kalau aku tidak menghentikannya pasti saat ini
Ricky sudah babak belur.
Hari
ini tepatnya tanggal 28 April aku resmi putus dengan Ricky, beruntungnya aku
tak usah membuat janji bertemu dengan Ara, dia sudah mengajakku bertemu dahulu
dan besok aku berencana menghabiskan seharianku bersama Ara dan juga aku ingin
curhat kendati putusku dengan Ricky.
Siangnya
aku langsung cuss menuju taman, tempat aku bertemu dengan Ara, sesampainya
disana aku langsung menceritakan semua kepada Ara, diapun gembira karena kata
dia, aku akan mendapatkan yang lebih baik dari Ricky. Aku hanya mengiyakannya
saja karena pada saat itu juga Saka kembali menghubungiku setelah sekian lama.
Seiring
berjalannya waktu, Saka bilang ke aku, rasa sayangnya dia sama aku tidak lebih
dari sekedar sahabat (uss jleb bangetkan). Aku sangat kecewa dengan
penuturannya, karena aku sudah terlalu banyak berharap kepadanya. Tiba-tiba
saja saat aku meng-Galau dikelas pas waktu istirahat, Ricky menghampiriku dan
berkata “Satya, maafin aku, kamu mau kan balikan sama aku?” tanyanya. Pas
sekali fikirku, ya sudahlah aku langsung menerima Ricky kembali. Aku tak ingat
lagi pernah berjanji pada Ara & bodohnya lagi aku dengan gamblangnya cerita
mengenai hal itu kepada Ara.
“Kamu,
kenapa sih Sat, tiap kali aku ngomong, kamu gak pernah sekalipun dengerin, cuma
kamu iyakan. Apa segitu gak pantesnya ya omonganku kamu dengerin sekali saja.
Lebih baik aku gak ikut campur lagi urusan kamu daripada saranku gak pernah
kamu dengerin. “KLIK” bunyi telpon ditutup dari seberang sana. Ara marah besar,
dank arena aku juga emosi dibentak-bentak gitu, akupun tidak peduli. Selang
satu bulan setelah pertengkaranku dengan Ara, aku baru merasakan akan
kehilangan dia. Inginnya hari ini aku menemui Ara tapi ku urungkan karena masih
ada besok.
Pukul
16.30 Lian telpon, “Satya, aku mau kasih kabar. Akupun manyahut “Halo Lian, mau
kasih kabar apa??.” Ara baru saja meninggal karena kecelakaan Sat. “Tangis Lian
pecah, “Apaaa?”jeritku ditelpon, setelah Lian menjelaskan kejadiannya, akupun tak
mampu berkata-kata, lidahku kaku seluruh tubuhku terasa lemas hingga untuk
menutup telpon saja aku tak mampu. Namun aku harus pergi sebelum aku tak bisa
bertemu lagi dengan Ara yang sudah tak bernyawa. Sesampainya dipemakaman, aku
menemukan sosok Tio, cewek yang sangat Ara sayangi. Prosesi pemakaman telah
usai, para pelayat pun sudah banyak meninggalkan tempat itu, kini hanya tinggal
aku dan Ara yang telah disemayamkan dengan tenang. Aku hanya menangis menatap
batu yang bertuliskan “Dwara Reswandanu Galuh” lahir : 29 April 1995, meninggal
: 30 Mei 2012” kenapa? Padahal aku belum sempat meminta maaf ke kamu, kamu ud
pergi selamanya! Kenapa Ra? Tangisku semakin meledak. “Ra, kamu tau……. Tadi Tio
datang kesini, kenapa sih kamu harus pergi padahal tadi Tio ada disini
menatapmu dengan penuh kesedihan. “Tuturku kepada makam Ara”.
Satu
minggu setelah kepergian Ara, Ricky sudah membuat ulah lagi, aku memergokinya
berselingkuh. Aku juga dengar Ricky bilang kepada selingkuhannya kalau dia
balikan sama aku Cuma untuk main-main dan hanya untuk sebuah status
“Berpacaran”. Aku geram bukan main, kuhampiri Ricky dan menamparnya, lalu
akupun berlari meninggalkan tempat itu dengan berlinang air mata. Akupun kalut
dan aku mencoba mendial nomor Ara berkali-kali, aku lupa kalau Ara telah tiada.
Setelah beberapa kali kuhubungi namun hasilnya NIHIL. Aku mencoba menanyakan
kepada Lian mengapa Ata tidak bisa dihubungi, Lianpun mengingatkanku tentang
Ara yang telah pergi jauh untuk selamanya. Aku jatuh terduduk disamping pohon,
tak kuat menopang tubuhku lagi. Aku menangis sejadi-jadinya, mengapa tak dari dulu
aku mempercayai Ara, mengapa hanya karena seorang Ricky aku sampai bertengkar
dengan Ara.
# Flash Back (OFF) #
THE END